NILAI MORAL
MENURUT RITUAL ADAT KEMA KEDA
DI
KAMPUNG NUANGENDA
KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE
Oleh
Kebudayaan sebuah masyarakat tanpak
dalam berbagai warisan yang sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat
tersebut. kebudayaan itu mencakup nilai-nilai tradisi, adat istiadat dan
berbagai unsur religiositas serta penggunaan simbol-simbol. Salah satu unsur
dan warisan budaya sebuah masyarakat adalah ritus. Sebagai bagaian dari
kebudayaan, ritus ini dapat dilihat sebagai sarana untuk mengekspresikan diri
dan sarana identifikasi suatu masyarakat. Sebagai sarana untuk mengekspresikan
diri dan identifikasi suatu masyarakat, dalam ritus tersebut masih ada
kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan berbagai praktek yang didalamnya
terkandung unsur-unsur nilai moral dan makna tertentu. Nilai, makna,
unsur-unsur, dan simbol yang terkandung dalam suatu ritus inilah yang merupakan
aspek imanen terdalam dari kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaan adalah nilai
hidup yang diwariskan dan dihidupi oleh suatu masyarakat yang menentukan
eksistensinya di dunia.
Berkaitan dengan hal ini, salah satu
ritus yang merupakan warisan budaya masyarakat Nuangenda yang masih terus
bertahan dan dihidupi hingga kini adalah ritus Kema Kema. Kema dalam bahasa Lio berarti Kerja sedangkan Keda merupakan kuil tempat tinggal
roh-roh. Jadi, Kema Keda berarti
pengerjaan kuil tempat tinggal roh-roh. Keda
dibuat untuk menunjukan bahwa kampung itu adalah Nua Pu’u (kampung asal atau induk), atau sebagai bukti adanya
peninggalan yang mempertahankan keturunan asli Weta-Nara (saudara-saudari) yang berasal dari daerah pegunungan.
Ritus Kema Keda ini mengungkapkan
banyak aspek berharga bagi pembinaan dan penghayatan akan nilai-nilai moral.
Disamping itu pula, dalam ritus Kema Keda
terkandung nilai-nilai tertentu diantaranya nilai tanggung jawab, disiplin
diri atau ketaatan, serta nilai kebersamaan. Unsur nilai dan makna yang
disebutkan ini memberikan gambaran positif terhadap upaya kontekstualisasi
ajaran tentang nilai-nilai moral.
Nilai moral yang muncul dalam
tahapan-tahapan ritual Kema Keda pada
dasarnya adalah juga merupakan sebuah norma tingkahlaku yang hidup dalam masyarakat adat Nuangenda.
Dikatakan sebagai norma hidup karena sifatnya yang wajib dalam ritual Kema Keda dan karena itu menjadi suatu
tuntutan tingkahlaku masyarakat berkaitan dengan upacara Kema Keda. Sesuatu yang sifatnya wajib, nilai moral tentu mempunyai
tempat yang penting baik dalam hubungannya dengan ritual Kema Keda maupun dengan bangunan Keda itu sendiri.
Nilai-nilai moral yang terdapat dalam
ritual Kema Keda ialah yang pertama
nilai moral Kebersamaan, dimana masyarakat disadarkan kembali akan nilai-nilai
kebersamaan bahwa mereka adalah sebuah kelompok yang selalu hidup berdampingan
dan saling membutuhkan satu sama lain dalam bekerja sama. Selain ini juga,
dalam upacara Kema Keda terdapat
macam- macam nilai moral kebersamaan yaitu semangat persatuan dan kesatuan,
tidak membeda-bedakan satu sama lain, menjunjung tinggi hak asasi manusia,
memberi kesempatan bagi orang lain untuk mengemukakan pendapat, tidak memaksa
kehendak kepada orang lain, menghargai agama dan kepercayaan yang berbeda,
menghargai dan menggunakan produk dalam masyarakat, tidak menghina
simbol-simbol yang ada dalam Kema Keda dan yang
terakhir mendahulukan kepentingan umum
dari pada kepentingan pribadi.
Kedua nilai moral tanggung jawab, nilai
ini terkait dengan sikap seseorang yang bertanggung jawab. Suatu nilai moral
hanya bisa diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab orang bersangkutan. Itu berarti bahwa perbuatan itu berasal dari
inisiatif bebas seseorang atau individu itu sendiri. Hal ini juga tak terlepas
dari nilai-nilai lain yang juga mengandaikan peranan manusia sebagai pribadi
yang bebas.
Ketiga nilai moral disiplin tercermin dalam
sikap masyarakat yang senantiasa taat dan patuh terhadap tuturan-tuturan adat
yang disampaikan oleh Mosalaki.
Tuturan-tuturan adat ini lebih bermakna peringatan agar seluruh masyarakat
untuk sungguh-sungguh mendisiplinkan diri. Jika tidak disiplin dan melanggar
aturan-aturan yang telah ditetapkan bersama, maka hidupnya akan mengalami
kemalangan, penderitaan bahkan bisa berujung pada kematian. Selain itu disiplin
juga sebenarnya mau menonjolkan peranan hati nurani. Dalam arti bahwa hati
nurani merupakan “kunci”, kerena
dalam tindakan, manusia melihat apa yang dibuatnya. Jadi setiap tindakan
manusia ada suatu tuntutan yang mendesak yakni nilai moral, yang timbul dalam
hati nurani manusia. Hati nurani atau suara hati merupakan suatu kesadaran
yang ada dalam setiap hati manusia sehingga
mampu mengenal dirinya. Tanpa disadari sebenarnya hati nurani merupakan suatu pengetahuan yang terbentuk dari pengalaman empiris atas nilai moral.
Selain ketiga nilai moral ini, ada pula
nilai-nilai lain yang secara tidak langsung terkandung dalam ritual Keda Keda yaiu nilai Anteroposentris dan nilai Ekosentris. Moral
Antroposentris berpandangan bahwa manusia
adalah fakta sentral
dari eksistensi dan
bahwa semua hal yang berhubungan
dengan etika harus
diukur dengan bagaimana etika itu berpengaruh kepada
kepentingan manusia. Teori ini memandang bahwa manusia merupakan
pusat dari sistem alam
semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan
dalam kebijakan yang
diambil dalam kaitan
dengan alam, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hal ini bukan berarti bahwa dalam ritual Kema Keda masyarakat Nuangenda
menganggap bahwa mereka sepenuhnya menguasai alam dengan bertindak semena-mena,
melainkan yang mau ditonjolkan di sini adalah sisi baik dari manusia itu
sendiri. Dimana manusia menghargai dan menghormati alam sebagai bagian dari dirinya.
Sedangkan nilai Ekosentris berpusat pada
alam, sebagai oposisi kepada yang berpusat pada manusia, sebagai sistem nilai.
Ekosentrisme fokus pada komunitas biotik sebagai suatu keseluruhan dan bekerja
untuk menjaga komposisi ekosistem dan proses
ekologis. Menurut pandangan ini, bumi memiliki nilai hakiki (intrinsic value) yang harus dihormati
oleh manusia. Pentingnya nilai moral ini membuat ia
pantas memperoleh perhatian baik dari anggota masyarakat sendiri maupun dari
orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap kebudayaan dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.
Perhatian yang diberikan sebagai
apresiasi terhadap suatu nilai budaya juga bertujuan agar nilai-nilai itu
dihidupi dengan sadar. Karena tanpa pengetahuan yang benar tentang nilai yang
terkandung dalam suatu norma hidup, pola perilaku atau tata hidup, masyarakat
pendukung suatu kebudayaan mungkin menjalankannya tanpa sadar bahwa mereka
menghidupi nilai-nilai yang tentu bermakna bagi hidup mereka. Jika hal ini
tidak disadari, maka masyarakat akan mudah meninggalkan kebudayaannya sendiri
dan cenderung untuk mengikuti kebudayaan lain. Atas dasar inilah maka ritual Kema Keda harus tetap dijaga dan
dilestarikan sebagai aset budaya sekaligus sebagai tonggak dasar dan pengontrol
pola hidup, nilai moral dalam lingkup adat Nuangenda.
(Sao Keda Suku Ende)
(Tampak Depan Suku Keda)
No comments:
Post a Comment