TANGGUNG JAWAB MORIL MANUSIA DALAM MEWUJUDKAN KEBAIKAN PENCIPTA MENURUT KATEKSIMUS GEREJA KATOLIK NOMOR 1954
Oleh
Maksimilianus Embu
Manusia tidak hidup begitu saja di atas
bumi ini. Ia selalu membentuk suatu pandangan tertentu mengenai dunia, sesama,
dirinya sendiri, alam semesta dan bahkan Tuhan sendiri yang menciptakannya. Ia
selalu berusaha menyadari mengenai tugas dan perannya sebagai manusia di dalam
dunia. Kesadaran itu ada karena manusia tahu bahwa ia diciptakan oleh Allah
sebagai makhluk yang istimewa.
Ia diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah. Ia diberikan akal budi, hati nurani dan kehendak bebas. Semua itu
diberikan agar ia bisa menguasai bumi dan segala isinya dengan memelihara,
merawat, mengembangkannya secara bertanggung
jawab.
Tanggung jawab manusia atas sesama dan
alam ciptaan harus berdasarkan kesadaran moralnya. Tanggung jawab secara moral
artinya bahwa manusia dengan kesadaran kebebasannya memperlakukan ciptaan lain
sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena Tuhan telah memberikan kebebasan, maka
dibutuhkan hati nurani untuk menimbang kehendak-Nya dalam diri manusia.
Kehendak bebas yang dianugerahkan Allah kepada manusia dan kebebasan mutlak
manusia seringkali disalahgunakan oleh manusia. Penyalahgunaan kehendak
bebaslah yang membuat manusia kehilangan orientasinya pada Allah. Dengan ini
manusia harus dihantar kepada paham Allah yang melandasi tindakan moralnya.
Sama
seperti dalam bahasa-bahasa di Eropa, dalam
bahasa Indonesia pun kata yang dipakai
untuk “bertanggung jawab” ada kaitannya dengan “jawab”. Bertanggung jawab
berarti dapat menjawab bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang
dilakukan. Orang yang bertanggung jawab dapat diminta penjelasannya tentang
tingkah lakunya dan bukan saja dia bisa menjawab kalau dia mau, melainkan
juga dia harus menjawab. Lebih lanjut, tanggung jawab moril manusia berarti orang tidak boleh mengelak bila diminta penjelasan
tentang perbuatannya. Ia harus benar- benar bersikap sebagai
manusia ciptaan Tuhan yang memiliki
kebebasan yang bertanggung jawab. Tuntutan jawaban yang diberikannya itu harus ditujukan
kepada dirinya sendiri,
kepada orang lain atau sesamanya dan kepada Tuhan.
Tanggung jawab moril berarti manusia dengan sungguh- sungguh menjadi rekan
kerja Allah yang setia. Ia taat pada apa yang diperintahkan Allah dan setia mematuhi larangan-Nya.
Tanggung jawab manusia secara moral
atas ciptaan Tuhan menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan kebaikan
Allah dalam hidupnya.
Moral merupakan tingkah
laku baik manusia
kepada diri sendiri, sesama, alam ciptaan lain serta kepada Allah
sebagai sumber kebaikan itu sendiri. Pada dasarnya bentuk tindakan moral
manusia bersumber dalam cinta kasih, keadilan, damai sejahtera,
kelemahlembutan, kesabaran dan kerendahan hati. Cinta kasih merupakan hukum
yang paling pertama dan utama. Cinta kasih Kristiani dipandang sebagai
kebajikan terbesar serta menjadi inti dan puncak atau kepenuhan hidup Kristiani. Dengan
melalui kepenuhan Kristiani ini, maka manusia sebagai umat beriman mewujudkan kebaikan moral
yang ada dalam dirinya. Manusia yang mengejahwantahkan kebaikan moral dalam
hidupnya bukanlah sekadar suatu tindakan alamiah melainkan tuntutan untuk
saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Kebaikan manusia adalah
bagian dari pernyataan dirinya sebagai makhluk yang diciptakan Allah dengan
kondisi “baik adanya”. Dengan demikian, melakukan kebaikan moral adalah bagian
dari pertanggugjawaban manusia kepada Allah.
Tanggung jawab menuntut, di samping kesetiaan terhadap prinsip, juga perhatian terhadap akibat perilaku kita. Max Weber membuat
perbedaan antara etika sikap dan etika tanggung
jawab. Etika sikap merupakan sebuah perbuatan yang ditentukan oleh
maksud atau kehendak si pelaku. Perbuatan bernilai baik, apabila timbul dari kehendak
baik. Sedangkan penganut
etika tanggung jawab merasa bertanggung jawab atas perbuatannya, sejauh ia
mampu mengantisipasinya, dan tidak mengalihkan tanggung jawab kepada yang lain. Kompleksitas dan
ketaksempurnaan perilaku membuat manusia hanya dapat sampai pada tahap
mendekati ideal itu. Karena itu, bertindak tanpa moral di dunia adalah tidak bertanggung jawab. Moral
tanpa mengindahkan kemungkinan- kemungkinan konkret dan resiko-resiko juga
tidak bertanggung jawab.