VIATIKUM BAGI UMAT BERIMAN KRISTIANI YANG BERADA DALAM BAHAYA MAUT
MENURUT
KANON 921 § 1 KITAB HUKUM KANONIK 1983
Oleh
Vergilius Mandonsa
Hidup adalah
anugerah terindah dari Allah yang dikaruniakan secara cuma-cuma kepada setiap
makhluk ciptaan-Nya. Manusia
sebagai makhluk peziarah
merupakan makhluk ciptaan
Tuhan yang paling luhur di muka bumi. Paling luhur berarti manusia diciptakan
secara istimewa, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27).
Sebagai ciptaan yang paling luhur
juga, manusia dipanggil oleh Allah untuk turut mengambil bagian dalam
kehidupan-Nya yang bahagia.
Karena itu, pada setiap saat dan di mana-mana Ia dekat dengan manusia. Ia memanggil manusia
dan menolongnya untuk mencari-Nya, untuk mengenal-Nya
dan untuk mencintai-Nya dengan segala
kekuatannya. Ia melakukan seluruh usaha itu dengan
perantaraan Putera-Nya yang telah Ia utus sebagai penebus dan Juru Selamat. Di
dalam Dia dan oleh Dia, Allah memanggil manusia supaya menjadi anak-anak-Nya
dalam Roh Kudus dan dengan demikian mewarisi kehidupan-Nya yang bahagia.
Dalam
peziarahan hidup ini, setiap manusia mengetahui bahwa di dunia ini manusia
tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap dan masa kehidupan manusia di dunia
itu tidak bersifat kekal abadi. Artinya bahwa cepat atau lambat, hidup manusia
akan berakhir dengan kematian. Kematian merupakan sebuah kepastian hidup.
Berhadapan dengan
kematian sebagai suatu realitas yang tak terelakkan maka Gereja sebagai
pernyataan kasih Allah yang ada di dunia tidak hanya diam, di mana Gereja
senantiasa berusaha untuk menopang perjalanan menuju kematian melalui sakramen-
sakramen, salah satunya
ialah sakramen Ekaristi
yakni pemberian komuni suci sebagai
bekal perjalanan kembali ke rumah Bapa
(Viatikum).
Viatikum
berasal dari kata bahasa latin yakni Via,
te, cum yang berarti berjalan bersamamu. Viatikum merupakan Komuni Suci
yang diberikan kepada orang beriman kristiani yang berada dalam bahaya maut.
Viatikum disebut juga komuni bekal suci (bekal perjalanan ke rumah Bapa).
Disebut sebagai sebagai bekal perjalanan karena dalam saat peralihan ke rumah
Bapa ini persatuan dengan tubuh dan darah Kristus mempunyai arti dan
kepentingan khusus yakni sebagai benih hidup abadi dan kekuatan untuk
kebangkitan bagi manusia.
Oleh karena
itu Gereja Katolik
sangat mengharapkan agar setiap pribadi
telah dibaptis dan berada
dalam bahaya maut mesti ditopang dengan Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur yang telah dikonsekrir dalam perayaan Ekaristi.
Melalui pemberian tubuh dan
darah Kristus bagi mereka yang akan kembali
ke rumah Bapa ini bermakna
bahwa seseorang akan dikuatkan
imannya dan seorang yang akan meninggal tersebut akan dengan tenang menghadapi
kematiannya. Ia akan sadar bahwa hidup ini adalah suatu peziarahan, dan kini
saatnya dengan tenang kembali kepada sang empunya kehidupan yakni Allah. Dasar
teologisnya ialah bahwa hidup ini berasal dari Allah maka kita akan kembali kepada Allah.
No comments:
Post a Comment