Konsep Kebebasan Manusia Dalam Terang Katekismus Gereja Katolik Nomor
1731
Oleh
ROBIN H. K. D. C.LOPES
Kebebasan
merupakan kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia. Kenyataan adanya
kebebasan pada manusia itu dianugerahkan oleh Allah kepada manusia sebagai
ciptaan yang mulia dan istimewa. Kebebasan itu diperjuangkan dan dipertahankan
oleh manusia sebab manusia selalu ingin bebas dalam menentukan tindakannya atau
dalam memilih tindakannya berdasarkan pertimbangan yang ada dalam dirinya.
Persoalan akan muncul ketika manusia menyalahgunakan kebebasan yang
dianugerahkan Allah itu dengan bertindak sewenang-wenang sebab hal itulah yang
menjauhkan manusia dari Allah, dari sesama dan dari ciptaan lainnya.
Gereja
sebagai institusi pembebasan turut merasakan persoalan yang dialami manusia
dalam kaitan dengan kebebasan manusia
itu sebab sukacita
dan dukacita manusia
merupakan sukacita dan dukacita Gereja. Melalui Katekismus Gereja
Katolik, Gereja mengajarkan umatnya atau mengajak manusia untuk menyadadari,
menghayati, mendalami kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia
itu agar manusia
memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan memperoleh kebahagiaan di dalam
Allah, khusunya melalui Katekismus Gereja Katolik
nomor 1731.
Katekismus
Gereja Katolik Nomor 1731 mengajarkan bahwa kebebasan merupakan kemampuan yang
berakar dalam akal budi dan kehendak, untuk bertindak atau tidak bertindak, untuk
melakukan ini atau itu, supaya
dari dirinya sendiri
melakukan perbuatannya dengan
sadar. Dengan kehendak bebas, tiap orang dapat menentukan diri sendiri. Dengan
kebebasannya, manusia harus tumbuh dan menjadi matang dalam kebenaran dan
kebaikan. Kebebasan memampukan setiap orang untuk bertanggung jawab atas
tindakannya sendiri. Dengan Kehendak bebas, seseorang membentuk kehidupannya
sendiri. Dengan kebebasannya, seseorang bertumbuh secara dewasa dalam kebenaran
dan kebaikan. Kebebasan akan mencapai kesempurnaannya ketika diarahkan kepada
Tuhan, kebahagiaan manusia.
Kebebasan
sebagai kemampuan yang berakar dalam akal budi, artinya bahwa Manusia adalah
subjek, dan dengan mengada sebagai subjek berarti mengada secara bebas, dan
serentak mengada sebagai makhluk berbudi. Dengan akal budinya manusia mampu mengetahui dan mengerti akan
sebuah kebenaran. Dengan Akal budinya manusia dapat mengenal Allah dalam terang
iman. Dengan akal budinya, manusia menuntun dirinya agar setia pada suara hatinya
yang benar, yang artinya sama dengan setia kepada Allah dan kepada dirinya sendiri. Dengan demikian
maka dengan akal budinya manusia dapat mengarahkan kebebasannya menuju
pada kebenaran dan menuju pada Allah dalam terang iman.
Kebebasan
sebagai kemampuan yang berakar pada kehendak sebab manusia tidak selalu menghendaki
apa yang sudah diketahuinya sebagai baik, bahwa rasionya tidak selalu menjadi
tuan atas kehendaknya. Dengan kehendaknya manusia mampu mengarahkan
kebebasannya menuju pada kebaikan. Kebaikan itu tak dapat dipisahkan dari
kebenaran, sebab kebenaran diperlihatkan pada kehendak sebagai kebaikan melalui
budi, maka untuk menghendaki yang baik, manusia tetap membutuhkan pertimbangan
akal budi. Dengan akal budi dan
kehendak sebagai akar kebebasan manusia maka manusia mampu menentukan diri sendiri menentukan diri sendiri,
membentuk kehidupannya sendiri. Dengan akal budi dan kehendak sebagai
akar kebebasannya maka manusia mampu bertumbuh secara
matang dalam kebenaran dan kebaikan.
Dengan akal
budi dan kehendak sebagai akar kebebasan manusia maka manusia mampu mengarahkan
kebebasannya menuju kebebebasan sejati, yaitu kebebaan di dalam Allah. Kebebasan sejati merupakan kebebasan
yang sempurna sebab kebebasan sejati
adalah kebebasan yang terarah kepada Allah. Kebebasan yang terarah
kepada Allah adalah kebebasan yang menghantar manusia menuju pada kebahagiaan. Jika manusia telah mencapai
kebahagiaan di dalam Allah maka manusia tidak lagi membutuhkan kodrat akal budi
dan kehendak sebagai akar kebebasannya untuk menentukan tindakannya, sebab
manusia telah mencapai kebebasan yang sempurna, yaitu kebebasan sejati
di dalam dan bersama Allah,
dan yang tinggal hanyalah kasih. Kebebasan yang berakar dari kodrat akal
budi dan kehendak manusia itu, akan menghantar manusia berbahagia secara
kodrati di dunia dan menghantar manusia menuju kebahagiaan adikodrati.
No comments:
Post a Comment