Wednesday, March 18, 2020

"Konsep Kebebasan Menurut Katekismus Gereja Katolik"




Konsep Kebebasan Manusia Dalam Terang                             Katekismus Gereja Katolik Nomor 1731    
      Oleh

ROBIN H. K. D. C.LOPES                

Kebebasan merupakan kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia. Kenyataan adanya kebebasan pada manusia itu dianugerahkan oleh Allah kepada manusia sebagai ciptaan yang mulia dan istimewa. Kebebasan itu diperjuangkan dan dipertahankan oleh manusia sebab manusia selalu ingin bebas dalam menentukan tindakannya atau dalam memilih tindakannya berdasarkan pertimbangan yang ada dalam dirinya. Persoalan akan muncul ketika manusia menyalahgunakan kebebasan yang dianugerahkan Allah itu dengan bertindak sewenang-wenang sebab hal itulah yang menjauhkan manusia dari Allah, dari sesama dan dari ciptaan lainnya.
Gereja sebagai institusi pembebasan turut merasakan persoalan yang dialami manusia dalam kaitan dengan kebebasan manusia itu sebab sukacita dan dukacita manusia merupakan sukacita dan dukacita Gereja. Melalui Katekismus Gereja Katolik, Gereja mengajarkan umatnya atau mengajak manusia untuk menyadadari, menghayati, mendalami kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia itu agar manusia memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan memperoleh kebahagiaan di dalam Allah, khusunya melalui Katekismus Gereja Katolik nomor 1731.
Katekismus Gereja Katolik Nomor 1731 mengajarkan bahwa kebebasan merupakan kemampuan yang berakar dalam akal budi dan kehendak, untuk bertindak atau tidak bertindak, untuk melakukan ini atau itu, supaya dari dirinya sendiri melakukan perbuatannya dengan sadar. Dengan kehendak bebas, tiap orang dapat menentukan diri sendiri. Dengan kebebasannya, manusia harus tumbuh dan menjadi matang dalam kebenaran dan kebaikan. Kebebasan memampukan setiap orang untuk bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Dengan Kehendak bebas, seseorang membentuk kehidupannya sendiri. Dengan kebebasannya, seseorang bertumbuh secara dewasa dalam kebenaran dan kebaikan. Kebebasan akan mencapai kesempurnaannya ketika diarahkan kepada Tuhan, kebahagiaan manusia.
Kebebasan sebagai kemampuan yang berakar dalam akal budi, artinya bahwa Manusia adalah subjek, dan dengan mengada sebagai subjek berarti mengada secara bebas, dan serentak mengada sebagai makhluk berbudi. Dengan akal budinya manusia mampu mengetahui dan mengerti akan sebuah kebenaran. Dengan Akal budinya manusia dapat mengenal Allah dalam terang iman. Dengan akal budinya, manusia menuntun dirinya agar setia pada suara hatinya yang benar, yang artinya sama dengan setia kepada Allah dan kepada dirinya sendiri. Dengan demikian maka dengan akal budinya manusia dapat mengarahkan kebebasannya menuju pada kebenaran dan menuju pada Allah dalam terang iman.

Kebebasan sebagai kemampuan yang berakar pada kehendak sebab manusia tidak selalu menghendaki apa yang sudah diketahuinya sebagai baik, bahwa rasionya tidak selalu menjadi tuan atas kehendaknya. Dengan kehendaknya manusia mampu mengarahkan kebebasannya menuju pada kebaikan. Kebaikan itu tak dapat dipisahkan dari kebenaran, sebab kebenaran diperlihatkan pada kehendak sebagai kebaikan melalui budi, maka untuk menghendaki yang baik, manusia tetap membutuhkan pertimbangan akal budi. Dengan akal budi dan kehendak sebagai akar kebebasan manusia maka manusia mampu menentukan diri sendiri menentukan diri sendiri, membentuk kehidupannya sendiri. Dengan akal budi dan kehendak sebagai akar kebebasannya maka manusia mampu bertumbuh secara matang dalam kebenaran dan kebaikan.

Dengan akal budi dan kehendak sebagai akar kebebasan manusia maka manusia mampu mengarahkan kebebasannya menuju kebebebasan sejati, yaitu kebebaan di dalam Allah. Kebebasan sejati merupakan kebebasan yang sempurna sebab kebebasan sejati adalah kebebasan yang terarah kepada Allah. Kebebasan yang terarah kepada Allah adalah kebebasan yang menghantar manusia menuju pada kebahagiaan. Jika manusia telah mencapai kebahagiaan di dalam Allah maka manusia tidak lagi membutuhkan kodrat akal budi dan kehendak sebagai akar kebebasannya untuk menentukan tindakannya, sebab manusia telah mencapai kebebasan yang sempurna, yaitu kebebasan sejati di dalam dan bersama Allah, dan yang tinggal hanyalah kasih. Kebebasan yang berakar dari kodrat akal budi dan kehendak manusia itu, akan menghantar manusia berbahagia secara kodrati di dunia dan menghantar manusia menuju kebahagiaan adikodrati.

No comments:

Post a Comment