EKARISTI
SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK SPIRITUALITAS HIDUP KRISTIANI DALAM TERANG LUMEN GENTIUM ARTIKEL 11
(SEBUAH TINJAUAN
TEOLOGIS-SPIRITUAL)
Oleh
ROBERTUS DARVINO KARNO
Ekaristi yang merayakan wafat serta
kebangkitan Tuhan menyatakan terwujudnya karya keselamatan Allah. Dengan
merayakannya umat beriman diajak untuk ikut serta dalam wafat dan kebangkitan
Kristus, sehingga mendapatkan keselamatan. Ekaristi dengan demikian adalah
sebuah undangan dari Allah bagi manusia untuk ambil bagian dalam rencana
keselamatan Allah. Ekaristi itu dirayakan di atas altar dunia oleh Gereja.
Dalam refleksi Lumen Gentium artikel 11 Ekaristi merupakan sumber dan puncak
spiritualitas hidup kristiani. Refleksi ini memang sebuah refleski klasik yang
mulai berkembang sejak Konsili Vatikan II. Tetapi
sesungguhnya selalu ada usaha dari Gereja untuk menjadikan Ekaristi tetap
relevan dengan kehidupan dunia modern dewasa
ini. Gereja tentunya menyadari perkembangan dunia di era globalisasi ini yang
telah menimbulkan berbagai macam perubahan secara drastis bagi kehidupan
manusia. Perubahan-perubahan itu sangat mempengaruhi kehidupan manusia secara
langsung dan Gereja mesti menjadi nabi yang menyerukan kepada manusia akan
bahaya-bahaya yang dapat meghancurkan nilai luhur kehidupan. Penulis prihatin
dengan degradasi spiritual dan moral kaum kristiani dewasa ini yang disebabkan
oleh oleh arus perkembangan zaman. Dalam refleksi penulis, kondisi ini di satu
sisi disebabkan penghayatan Ekaristi yang bersifat artifisial belaka sehingga
umat kristiani begitu mudah terjerumus dalam tawaran-tawaran duniawi yang menggiurkan.
Di tengah realitas tersebut penulis
ingin menggemakan kembali ajaran Konsili Vatkan II tentang Ekaristi sebagai
sumber dan puncak spiritualitas hidup kristiani. Sumber adalah tempat awal keluar dan mengalirnya kekayaan
rohani Ekaristi untuk menyiram dan menyuburkan hidup kristiani. Sedangkan puncak adalah tempat
tertinggi yang menjadi pokok sekaligus bagian terpenting dari kehidupan
kristiani itu sendiri. Maka, Ekaristi adalah perayaan iman yang mengalirkan
nilai-nilai spiritual untuk keberlangsungan hidup umat kristiani. Di dalamnya,
manusia berjumpa dengan Allah yang dirindukannya melalui pribadi Yesus Kristus
yang telah wafat dan bangkit untuk menebus dosa manusia dan dkenangkan kembali
dalam Ekaristi suci. Ekaristi sebagai sumber dan puncak spiritualitas hidup
kristiani menandaskan bahwa Ekaristi tidak pernah dapat dipisahkan dari seluruh
bidang kehidupan kristiani. Hidup sehari-hari memperoleh kekuatann dan dasarnya
dari Ekaristi sebagai sumber. Maka pernyataan Ekaristi sebagai sumber dan
puncak spiritualitas hidup kristiani juga menunjukkan bahwa Vatikan II ingin
menghubungkan Ekaristi dengan seluruh spiritualitas hidup Gereja.
Demikian pun sebaliknya bahwa,
spiritualitas hidup kristiani menemukan sumber dan puncaknya pada Ekaristi.
Pertama-tama hidup itu adalah penerimaan pribadi Yesus Kristus secara personal.
Penerimaan pribadi itu secara intim hanya dapat terjadi di dalam Ekaristi
dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus sebagai puncak dari perayaan kita
dengan Kristus di dalam Ekaristi. Spitiualitas hidup kristiani adalah
partisipasi dari rahmat interiror yang ditampakkan lewat iman, cinta kasih dan
harapan serta kebajikan kristiani yang lain. Misteri Kristus itu adalah
sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya yang kita kenangkan kembali di dalam
Ekaristi.
St. Ignasius dari Antiokhia mengatakan
bahwa penghayatan hidup orang-orang kristiani semestinya berpusat dan berpuncak
pada persatuan dengan kristus. Baginya kekhasan hidup orang kristen ditandai
dengan cara hidup yang mengahayati hari Tuhan, yaitu dengan merayakan dan
menghidupi perayaan Ekaristi. Maka, spiritualitas kristiani mana pun berpusat
pada iman kepada Kristus dan iman akan Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh Roh
Kudus. Dan oleh karena Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus sendiri
hadir secara nyata dalam Ekaristi, maka itu berarti bahwa spiritualitas hidup
kristiani adalah spiritualitas yang berpusat pada Ekaristi dan sekaligus dari
Ekaristi. Dasar utama penetapan Ekaristi pada Perjanjian Baru terletak pada
kata-kata institusi Yesus, “ lakukanlah ini untuk mengenangkan daku”. Dengan
demikian dipahami bahwa Ekaristi itu ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Dengan kata
lain, kata-kata Yesus dalam Perjamuan malam terakhir memberi legitimasi bagi
perayaan Ekaristi yang dirayakan oleh Gereja saat ini.
Berbicara tentang Ekaristi sebagai
sumber spiritualitas hidup kristiani dapat dipahami dalam dua hal yaitu,
Ekaristi sebagai sumber rahmat dan Ekaristi sebagai sumber pertumbuhan dalam
iman harapn dan kasih. Melalui Ekaristi Kristus mengalirkan rahmat keselamatan
kepada umat-Nya yaitu Gereja. SC 47 mengatakan bahwa dalam Ekaristi, Kristus
disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikarunia jaminan kemuliaan yang akan
datang”. Dalam hal ini nampak bahwa Ekaristi menganugerahkan rahmat yang
berlimpah bagi umat Allah.
Ekaristi juga adalah sumber iman, sebab
pertama-tama Ekaristi adalah sebuah perayaan iman dengan mengenangkan karya
keselamatan Allah yang terlaksana di dalam peristiwa wafat dan kebangkitan
Kristus yang saat ini dikenangkan dan dirayakan kembali di dalam Ekaristi.
Ekaristi merupakan santapan mulia bagi iman. Dengan demikian iman Greja pada
hakekatnya adalah iman yang Ekaristis dan secara istimewa dipupuk pada meja
Ekaristi. Sebagai sumber harapan Ekaristi memberi kita harapan dalam Allah akan
rahmat untuk hidup dalam persahabatan dengan-Nya di dunia ini dan untuk
mewarisi hidup kekal surgawi. Ekaristi memelihara harapan kita dengan
mengingatkan kita akan karya-karya agung Allah, khsusnya wafat dan kebangkitan
Kristus yang menyediakan dasar yang kokoh pada apa yang kita harapkan,
kedatangan kerajaan Allah dan hidup kekal dalam persekutuan dengan Allah
Tritunggal. Ekaristi juga adalah sakramen cinta kasih sebab Ekaristi
menunjukkan hakikat kasih Allah yang paling dalam yaitu pemberian diri Allah
melalui salib Kristus dan yang kini senantiasa dihadirkan dan dilaksanakan
dalam peredaran waktu oleh Roh Kudus.
Sebagai puncak spiritualitas hidup
kristiani Ekaristi dapat dimengerti dalam arti bahwa aspek-aspek kehidupan
kristiani yang lain, termasuk sakramen-sakramen yang lain mengarah pada
Ekaristi-persembahan diri Kristus kepada Bapa dalam Roh Kudus demi keselamatan
manusia. Dengan kata lain, jaminan sakramental yang erat antara Ekaristi dan
kurban salib menjadikan Ekaristi sebagai sumber spiritualitas dan juga
menjadikannya sebagai puncak spiritualitas hidup kristiani.
Dengan demikian spiritualitas hidup
kristiani sebenarnya memilki dasar dan sumbernya dalam Ekaristi. Spiritualitas
hidup kristiani sesungguhnya tidak akan mencapai kesempurnaannya jika tidak
mencari dan menemukan dasar-dasarnya dalam Ekaristi suci. Paus Benediktus XVI
dalam sambutannya saat konggres Ekaristi di Italia tahun 2011 mengingatkan
bahwa spiritualitas Ekaristi sunngguh adalah perlawanan terhadap sikap egoisme
dan keberpusatan pada diri sendiri, sesuatu yang sering disebutnya lebih
mewarnai dan menjadi ciri hidup masyarakat dewasa ini. Spiritualitas tersebut
merupakan jantung kehidupan komunitas Gerejani. Spiritualitas Ekaristi tersbut
karenanya merupakan jalan yang perlu ditapaki untuk memulihkan martabat pribadi
manusia.
Ekaristi akhirnya membangun
spiritualitas hidup kristiani. Sebab dari dan melalui Ekaristi, Gereja menimba
kekuatan yang menyelamatkan dan kepadanya semua kegiatan Gereja terarah.
Ekaristi dalam konteks ini dapat dimaknai dalam dua hal yakni, spiritualitas
kristiani mengalir dari Ekaristi sebagai sumbernya dan bahwa spiritualitas
hidup kristiani tertuju dan terwujud secara penuh dalam Ekaristi sebagai
puncaknya, kepada mana seluruh aktivitas kita semestinya diarahkan. Maka,
spiritualitas kristiani senyatanya adalah jalan dengan dua arah, yakni bahwa
ziarah hidup kita dimulai dari Ekaristi sebagai titik awal kita masuk
dalam dunia kehidupan sehari-hari dan sekaligus membawa kita pada Ekaristi
setelah perjuangan di dunia ini.