Monday, March 16, 2020

"Ritual Mbama Orang Wolosoko"



NILAI SOSIAL DALAM RITUAL MBAMA

DI KAMPUNG WOLOSOKO KECAMATAN WOLOWARU KABUPATEN ENDE
Oleh
HERMAN PUTRA MBUI DJOKA
Manusia adalah makluk sosial yang senantiasa berhubungan dengan manusia yang lain. Hubungan ini akan menimbulkan produk-produk. Di antaranya adalah nilai-nilai sosial dan norma-norma sosial yang dianut oleh suatu kelompok tersebut. Dengan demikian, masyarakat sendiri merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh rasa identitas bersama.
Orang Wolosoko juga merupakan suatu masyarakat sosial yang mempunyai adat istiadat. Dengan adat istiadat, orang Wolosoko mampu untuk berinteraksi dengan alam dunia, mengolahnya dan mengembangkan apa yang telah ada, sehingga lahirlah produk-produk budaya yang baru, sebagai hasil pengembangan dan perealisasian dirinya. Salah satu dari produk budaya tersebut adalah Ritual Mbama.
Ritual Mbama adalah ritual syukur atas hasil panen perladangan dalam semusim tanam, yaitu hasil yang diperoleh setelah setahun bergulat dengan lahan dan tanaman. Dalam komunitas peladang Wolosoko, setiap tahun diadakan Ritual Mbama. Mbama memang menjadi pesta panen yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan sebagai puncak syukur. Kendati bernuansa pesta syukur, pesta besar dan meriah, aspek ritualnya tetap menjadi inti. Tata cara yang dipakai adalah musyawara-mufakat para pemimpin dan penyangga lembaga tradisional mosalaki dengan jajarannya.
Ritual Mbama memiliki nilai sosial. Jenis nilai sosial dalam Ritual Mbama di Desa Wolosoko mencakup tiga nilai yaitu nilai sosial-ekonomi, nilai sosial-politik dan nilai sosial- religius. Pertama, nilai sosial-ekonomi. Ritual Mbama menunjukan jati diri Masyarakat Wolosoko sebagai masyarakat yang pekerjaan pokoknya adalah bertani. Bertani adalah penopang kehidupan Masyarakat Wolosoko. Apa yang dihasilkan dalam setahun akan dipersembahkan kepada Du’a Ngga’e, tana watu, nitu pa’i. Persembahan tersebut merupakan ungkapan syukur atas apa yang telah diperoleh.
Kedua, nilai sosial-politik. Ritual Mbama dapat dilihat dalam stuktur sosial dalam pelaksanaan ritual adat, dari Mosalaki, ine ema, aji ana, dan boge hage serta faiwalo anahalo sebagai perencana dan pelaksana ritual adat. Dalam upacara nelu, hanya Mosalaki, aji ana, dan boge hage yang mempunyai hak suara untuk menentukan kapan pelaksanaan ritual dan apa yang harus dibuat sedangkan faiwalu anakalo hanyalah menyetujui dan siap melaksanakan apa yang telah disepakati oleh pemangku kekuasaan tersebut. Mereka-lah yang mengatur perjalanan ritual selama setahun.
Ketiga, nilai sosial-religius. Ritual Mbama adalah salah satu bentuk upacara adaat untuk menghormati Wujud Tertinggi sebagai pengatur segala sesuatu. Nilai-nilai sosial ini ditemukan dalam proses Ritual Mbama dari perencanaan hingga penutup ritualnya. Nilai-nilai ini sangat jelas diungkapkan dalam Ritual Mbama. Ritual Mbama adalah pesta pasca panen sebagai tanda syukur dan sekaligus mengenang dan menghormati Ine Pare atau Bobi dan Nombi yang diyakini sebagai asal mula padi yang dikorbankan dengan darahnya. Darah yang menjelma menjadi makanan yang bermutu tinggi, sehingga ada sederet ritual dari pembukaan lahan sampai Ritual Mbama.

No comments:

Post a Comment