Friday, March 20, 2020

"Tanggung Jawab Moril Manusia"

TANGGUNG JAWAB MORIL MANUSIA DALAM MEWUJUDKAN KEBAIKAN PENCIPTA MENURUT KATEKSIMUS GEREJA KATOLIK NOMOR 1954

Oleh

Maksimilianus Embu


Manusia tidak hidup begitu saja di atas bumi ini. Ia selalu membentuk suatu pandangan tertentu mengenai dunia, sesama, dirinya sendiri, alam semesta dan bahkan Tuhan sendiri yang menciptakannya. Ia selalu berusaha menyadari mengenai tugas dan perannya sebagai manusia di dalam dunia. Kesadaran itu ada karena manusia tahu bahwa ia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang istimewa. Ia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Ia diberikan akal budi, hati nurani dan kehendak bebas. Semua itu diberikan agar ia bisa menguasai bumi dan segala isinya dengan memelihara, merawat, mengembangkannya secara bertanggung jawab.
Tanggung jawab manusia atas sesama dan alam ciptaan harus berdasarkan kesadaran moralnya. Tanggung jawab secara moral artinya bahwa manusia dengan kesadaran kebebasannya memperlakukan ciptaan lain sesuai dengan kehendak Tuhan. Karena Tuhan telah memberikan kebebasan, maka dibutuhkan hati nurani untuk menimbang kehendak-Nya dalam diri manusia. Kehendak bebas yang dianugerahkan Allah kepada manusia dan kebebasan mutlak manusia seringkali disalahgunakan oleh manusia. Penyalahgunaan kehendak bebaslah yang membuat manusia kehilangan orientasinya pada Allah. Dengan ini manusia harus dihantar kepada paham Allah yang melandasi tindakan moralnya.
Sama seperti dalam bahasa-bahasa di Eropa, dalam bahasa Indonesia pun kata yang dipakai untuk “bertanggung jawab” ada kaitannya dengan “jawab”. Bertanggung jawab berarti dapat menjawab bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Orang yang bertanggung jawab dapat diminta penjelasannya tentang tingkah lakunya dan bukan saja dia bisa menjawab kalau dia mau, melainkan juga dia harus menjawab. Lebih lanjut, tanggung jawab moril manusia berarti orang tidak boleh mengelak bila diminta penjelasan tentang perbuatannya. Ia harus benar- benar bersikap sebagai manusia ciptaan Tuhan yang memiliki kebebasan yang bertanggung jawab. Tuntutan jawaban yang diberikannya itu harus ditujukan kepada dirinya sendiri, kepada orang lain atau sesamanya dan kepada Tuhan. Tanggung jawab moril berarti manusia dengan sungguh- sungguh menjadi rekan kerja Allah yang setia. Ia taat pada apa yang diperintahkan Allah dan setia mematuhi larangan-Nya.
Tanggung jawab manusia secara moral atas ciptaan Tuhan menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan kebaikan Allah dalam hidupnya. Moral merupakan tingkah laku baik manusia kepada diri sendiri, sesama, alam ciptaan lain serta kepada Allah sebagai sumber kebaikan itu sendiri. Pada dasarnya bentuk tindakan moral manusia bersumber dalam cinta kasih, keadilan, damai sejahtera, kelemahlembutan, kesabaran dan kerendahan hati. Cinta kasih merupakan hukum yang paling pertama dan utama. Cinta kasih Kristiani dipandang sebagai kebajikan terbesar serta menjadi inti dan puncak atau kepenuhan hidup Kristiani. Dengan melalui kepenuhan Kristiani ini, maka manusia sebagai umat beriman mewujudkan kebaikan moral yang ada dalam dirinya. Manusia yang mengejahwantahkan kebaikan moral dalam hidupnya bukanlah sekadar suatu tindakan alamiah melainkan tuntutan untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Kebaikan manusia adalah bagian dari pernyataan dirinya sebagai makhluk yang diciptakan Allah dengan kondisi “baik adanya”. Dengan demikian, melakukan kebaikan moral adalah bagian dari pertanggugjawaban manusia kepada Allah.
Tanggung jawab menuntut, di samping kesetiaan terhadap prinsip, juga perhatian terhadap akibat perilaku kita. Max Weber membuat perbedaan antara etika sikap dan etika tanggung jawab. Etika sikap merupakan sebuah perbuatan yang ditentukan oleh maksud atau kehendak si pelaku. Perbuatan bernilai baik, apabila timbul dari kehendak baik. Sedangkan penganut etika tanggung jawab merasa bertanggung jawab atas perbuatannya, sejauh ia mampu mengantisipasinya, dan tidak mengalihkan tanggung jawab kepada yang lain. Kompleksitas dan ketaksempurnaan perilaku membuat manusia hanya dapat sampai pada tahap mendekati ideal itu. Karena itu, bertindak tanpa moral di dunia adalah tidak bertanggung jawab. Moral tanpa mengindahkan kemungkinan- kemungkinan konkret dan resiko-resiko juga tidak bertanggung jawab.

No comments:

Post a Comment